DESA WAIULA GELAR REMBUG STUNTING, JADI LOKUS STUNTING
Oleh: Antonius Dopi Liwu
Camat Wulanggitang Drs. Fredy M. Moat Aeng (tengah) didampingi oleh Ketua BPD Desa Waiula (kiri) dan Kepala Desa Waiula (kanan), pada saat Pembukaan Rembug Stunting di Desa Waiula, pada Hari Jumat 2 September 2022
Dalam
rangka merencanakan kegiatan pencegahan stunting di wilayah Desa Waiula untuk
Tahun Anggaran 2023, maka pada hari Jumat 2 September 2022 telah dilaksanakan
kegiatan Rembug Stunting. Kegiatan Rembug Stunting ini dihadiri oleh Kepala
Dinas PKO Kabupaten Flores Timur Bapak Felix Suban Hoda, S.S, M.Ed, Dinas
Kesehatan Kabupaten Flores Timur diwakili oleh Ibu Rohana M. Torok selaku Tenaga
Teknis Perkantoran pada Dinas Kesehatan, Ibu A.
Ervina Kogaswanti, A. Md., S.A.P, Pejabat Fungsional Perencana Bidang
Pembangunan Manusia pada Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (BP4D) Kabupaten
Flores Timur, Camat Wulanggitang Bapak Drs. Fredy M. Moat Aeng, Kepala
Puskesmas Boru, Ketua BPD Desa Waiula
bersama anggota, Kepala Desa Waiula bersama perangkat, Ketua KPM Desa Waiula,
Ketua Tim Penggerak PKK, Kader posyandu, Bidan Desa, Guru PAUD, Pendamping Desa
serta orang tua dan bayi sasaran.
Pelaksanaan
rembug stunting lewat penanganan konvergensi stunting di Desa Waiula dengan
melibatkan OPD serta dinas terkait mengingat Desa Waiula merupakan desa locus stunting yang disampaikan ke Kemendagri berdasarkan hasil analisa dari
pemerintah daerah. Dalam menentukan desa/kelurahan lokus, pemerintah kabupaten/kota harus mengacu pada hasil Analisis
Situasi yang merupakan Aksi 1 dalam 8 Aksi Konvergensi Intervensi Pencegahan Stunting. Analisis Situasi adalah proses identifikasi sebaran stunting, cakupan intervensi, ketersediaan program, dan
praktik manajemen layanan intervensi gizi prioritas pada sasaran rumah tangga
1000 HPK. Jumlah desa/kelurahan lokus pertahun juga menyesuaikan kemampuan
sumber daya tiap kabupaten/kota.
Rembug stunting sendiri merupakan
agenda rutin tahunan desa yang berfungsi sebagai forum musyawarah antara kader
kesehatan, PAUD, masyarakat desa dengan pemerintah Desa dan BPD untuk membahas
pencegahan dan penanganan masalah kesehatan di desa khususnya stunting dengan
mendayagunakan sumber daya pembangunan yang ada di Desa.
Adapun kegiatan utama dalam rembug stunting di Desa,
meliputi pembahasan usulan program/kegiatan intervensi gizi spesifik dan
sensitif yang disusun dalam diskusi kelompok terarah (focus group discusion/FGD); dan, pembahasan dan penyepakatan
prioritas usulan program/kegiatan intervensi gizi spesifik dan sensitif. Kesepakatan
hasil rembug stunting tersebut dituangkan dalam Berita Acara yang
ditandatangani oleh Ketua BPD Desa Waiula, Kepala Desa serta perwakilan peserta
rembug stunting.
Dengan itu diharapkan pemanfaatan
Dana Desa untuk penanganan stunting dapat dimulai dari pemetaan sasaran secara
partisipatif terhadap warga desa yang terindikasi perlu mendapat perhatian
dalam penanganan stunting oleh kader pemberdayaan di desa. Selanjutnya lewat
Rembug Stunting Desa, seluruh pemangku kepentingan di desa merumuskan langkah
yang diperlukan dalam upaya penanganan stunting termasuk bekerja sama
dengan dinas layanan terkait.
Rembug Stunting Desa Waiula
tersebut diselenggarakan oleh Panitia Musyawarah Desa Waiula Tahun 2022, dibuka
dan dipimpin oleh Ketua BPD Desa Waiula berlangsung tertib dan lancar.
Camat Wulanggitang dalam sambutannya
menyampaikan bahwa stunting merupakan program nasional yang wajib dilakasanakan
secara berkesinambungan dari Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota hingga Desa.
Sementara Kecamatan melakukan monitoring dan evaluasi di desa. Stunting tidak
hanya dipengaruhi oleh pola makan, pola asuh, dan lingkungan, namun faktor
psikis juga mempengaruhi seperti KDRT. Untuk itu aspek fisik, psikis dan
lingkungan memiliki kontribusi yang sama sebagai masalah dalam penanganan stunting.
“Stunting tidak hanya
dipengaruhi oleh pola makan, pola asuh, dan lingkungan, namun faktor psikis dan
fisik anak juga turut mempengaruhi, seperti KDRT. Untuk itu aspek fisik, psikis
dan lingkungan memiliki kontribusi yang sama sebagai masalah dalam penanganan stunting”,
tegasnya.
Sementara Kepala Desa Waiula
dalam sambutannya menyampaikan data terkait progres penanganan stunting di Desa
Waiula selama Tahun 2022 periode Januari s.d Agustus. Bahwa untuk Tahun 2022
ini jumlah bayi/balita yang terindikasi stunting sebanyak 21, namun hingga
Bulan Agustus 2022 mengalami penurunan atau perbaikan menjadi 18, dimana tiga
balita telah mengalami perbaikan gizi. Untuk itu dia mengajak seluruh pemangku kepentingan
desa untuk kerja bersama dalam mendukung program pemerintah dalam penanganan
stunting di Tahun 2023 nanti.
Selanjutnya,
Ketua BPD Desa Waiula dalam sambutannya sebelum membuka Kegiatan Rembug
Stunting Tingkat Desa Waiula mengatakan bahwa penanganan stunting merupakan
bentuk kepedulian pemerintah terhadap anak sebagai aset dan masa depan bangsa. Senada
dengan Camat Wulanggitang, Ketua BPD kembali menegaskan bahwa bicara stunting
tidak melulu pada kesehatan fisik semata namun juga mental dan otak. Stunting sebagai suatu penyakit yang
disebabkan oleh kekurangan gizi kronis di masa awal kehidupan anak. Risiko dari
dampak stunting sendiri terbilang wajib diwaspadai karena mempengaruhi tumbuh
kembang anak secara langsung, kini atau dalam jangka panjang. Untuk itu secara
pribadi maupun Lembaga BPD, untuk masalah stunting menjadi persoalan prioritas,
dimana dukungan akan diberikan dalam bentuk komitmen anggaran yang memadai dalam
mendukung RKPDes dan APBDes Desa Waiula di Tahun Anggaran 2023 nanti. Untuk itu
anggaran penanggulangan stunting tidak boleh disalahgunakan dengan alasan
apapun.
“Stunting sebagai
suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis di masa awal
kehidupan anak. Risiko dari dampak stunting sendiri terbilang wajib diwaspadai
karena mempengaruhi tumbuh kembang anak secara langsung, kini atau dalam jangka
panjang. Untuk itu secara pribadi maupun Lembaga BPD, untuk masalah stunting
menjadi persoalan prioritas, dimana dukungan akan diberikan dalam mendukung
RKPDes dan APBDes Desa Waiula di Tahun Anggaran 2023 nanti. Untuk itu anggaran penanggulangan
stunting tidak boleh disalahgunakan dengan alasan apapun”, tandasnya.
Pada
agenda inti diawali dengan sosialisasi Penanganan dan Penanggulangan Stunting
oleh Kepala Dinas PKO Kabupaten Flores Timur, dari BP4D Kabupaten Flores Timur dan
dari Dinas Kesehatan Kabupaten Flores Timur.
Para peserta Rembug Stunting di Desa Waiula, pada Hari Jumat, 2 September 2022
Kadis
PKO dalam arahannya saat sosialisasi menyampaikan bahwa ada tiga jendela
penting yang mesti menjadi prioritas dalam penanganan stunting, yaitu SDM,
Ekonomi dan Infrstruktur. Untuk menghasilkan SDM yang memadai membutuhkan tahapan
yang sangat panjang, dimana lewat proses pendidikan yang berjenjang. Maka untuk
menyiapkan generasi dengan SDM yang baik harus dikerjakan dari hari ini dan
menjadi bagian integral dari pembangunan (desa).
Jendela
ekonomi, membutuhkan kreasi dan inovasi desa yang sejalan dengan prinsip penyelenggaraan
pemerintahan desa, dengan bermodalkan potensi-potensi yang ada di desa
masing-masing. Beliau mengambil contoh seorang perempuan dari Kima Kamang,
Solor Selatan Ibu Yustina Jari, lewat industri rumahan yang mampu menciptakan
Sereal Sorgum untuk dikonsumsi anak-anak sebagai penambah nutrisi. Demikian halnya
juga di Desa Gekeng Derang, Kecamatan Tanjung Bunga. Untuk desa Waiula,
tegasnya sesungguhnya memiliki potensi yang jauh lebih baik, sehingga
seharusnya menjadi lebih mudah melakukan kreasi dan inovasi dengan tidak
membutuhkan biaya tinggi. Dengan kata lain, SDM yang baik mampu merubah mental
dan perilaku dalam melakukan manajemen perekonomian rumah tangga.
“Jendela
ekonomi, membutuhkan kreasi dan inovasi desa yang sejalan dengan prinsip penyelenggaraan
pemerintahan desa, dengan bermodalkan potensi-potensi yang ada di desa
masing-masing. Saya mengambil contoh seorang perempuan dari Kima Kamang, Solor
Selatan Ibu Yustina Jari, lewat industri rumahan yang mampu menciptakan Sereal
Sorgum untuk dikonsumsi anak-anak sebagai penambah nutrisi. Demikian halnya juga
di Desa Gekeng Derang, Kecamatan Tanjung Bunga. Untuk desa Waiula, sesungguhnya
memiliki potensi yang jauh lebih baik seperti laut yang kaya akan ikan, ladang
yang menghasilkan banyak sayuran hijau, sehingga seharusnya menjadi lebih mudah
melakukan kreasi dan inovasi pangan lokal dengan tidak membutuhkan biaya
tinggi. Dengan kata lain, SDM yang baik mampu merubah mental dan perilaku dalam
melakukan manajemen perekonomian rumah tangga,”tegas pria yang pernah mengenyam
pendidikan di Tokyo, Jepang ini.
Sementara
untuk jendela infrastruktur, dimana pembangunan infrastruktur harus beroientasi
pada penguatan SDM dan ekonomi masyarakat. Semisal membatasi penggunaan gadged/
Hp Android pada anak-anak lewat Gerakan 1821, yaitu meniadakan penggunaan Hp bagi
anak-anak dari Pukul 18.00 sampai Pukul 21.00 dan mewajibkan mereka memanfaatkannya
untuk jam belajar. Disamping itu juga melalui sekolah inspirasi dengan
menghadirkan figur-figur yang menginspirasi anak-anak. Pemerintah desa juga
diharapkan mampu mengimplementasikan tujuan SDG’s ke-18 yaitu menguatkan
lembaga desa yang adaptif serta mampu mengembangkan budaya desa yang dinamis.
Ibu
A. Ervina Kogaswanti yang meewakili BP4D menyampaikan bahwa Rembug Stunting
merupakan ajang pramusdes yang selaras dengan amanat Presiden Republik
Indonesia sebagaimana tertuang dalam Kepres Nomor 72 Tahun 2021 tentang
Percepatan Penurunan Stunting, yang merupakan payung hukum bagi Strategi Nasional (Stranas)
Percepatan Penurunan Stunting yang telah diluncurkan dan dilaksanakan sejak
tahun 2018, serta Peraturan BKKBN Nommor 12 Tahun 2021 tentang RAN PASTI. Dengan
Perpres ini juga untuk memperkuat kerangka intervensi yang harus dilakukan dan
kelembagaan dalam pelaksanaan percepatan penurunan stunting. Lebih lanjut
dikatakan oleh Ibu Agnes, bahwa penanganan stunting juga berpedoman pada Cakupan
dan Indikator Layanan Esensial (29 Layanan) Pencegahan Stunting di Desa.
“Rembug
Stunting merupakan ajang pramusdes yang selaras dengan amanat Presiden Republik
Indonesia sebagaimana tertuang dalam Kepres Nomor 72 Tahun 2021 tentang
Percepatan Penurunan Stunting, yang merupakan payung hukum bagi Strategi Nasional (Stranas)
Percepatan Penurunan Stunting yang telah diluncurkan dan dilaksanakan sejak
tahun 2018, serta Peraturan BKKBN Nommor 12 Tahun 2021 tentang RAN PASTI. Dengan
Perpres ini juga untuk memperkuat kerangka intervensi yang harus dilakukan dan
kelembagaan dalam pelaksanaan percepatan penurunan stunting,”tegasnya.
Kembali dikatakan oleh Ibu Agnes, bahwa penanganan stunting
juga berpedoman pada Cakupan dan Indikator Layanan Esensial (29 Layanan) Pencegahan
Stunting di Desa.
Dari
Dinas Kesehatan menekankan bahwa penanganan masalah stunting sesunggunya juga
menggunakan pendekatan STBM alias Sanitasi Total berbasis Masyarakat, yakni kondisi ketika suatu komunitas tidak buang air besar
(BAB) sembarangan, Mencuci tangan pakai sabun, Mengelola air minum dan
makanan yang aman, Mengelola sampah dengan benar, serta Mengelola limbah cair
rumah tangga dengan aman.
Pada
saat yang sama juga beliau menekankan pentingnya Deklarasi STBM untuk menghasilkan
masyarakat yang higenis dan sanitar secara mandiri dalam rangka meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. Untuk itu semua desa
diwajibkan agar segera melaksanakan deklarasi STBM yang didahului dengan
verifikasi oleh Dinas Kesehatan serta dinas terkait sebagai baian dari Tim
verifikasi. Pada saat itu juga disampaikan bahwa dari 11 desa yang ada di
Kecamatan Wulanggitang baru dua desa yang melaksanakan Deklarasi STBM yaitu
Desa Hewa dan Desa Pantai OA. Sementara salah satu syarat deklarasi STBM adalah
seratus persen rumah tangga wajib memiliki jamban. Untuk Desa Waiula,
menyisakan enam rumah tagga yang belum memiliki jamban. Dihadapan Kepala Desa
dan Ketua BPD serta para peserta musyawarah, pihak Dinas Kesehatan menekankan
agar segera dilaksanakan agenda penting ini, sebab menjadi salah satu faktor
yang berkontribusi pada masalah penanganan stunting, dan menjadi sumber penyakit
yang lain seperti malaria dan demam berdarah (DBD). Ironisnya di saat yang
beramaan, ada warga Desa Waiula yang meninggal dunia akibat megidap malaria.
Acara dilanjutkan
dengan Penyampaian Laporan Konvergensi Pencegahan Stunting di Desa oleh Ketua Kader
Pemberdayaan Manusia (KPM). Disampaikan bahwa dalam periode 1 Januari s.d 31 Agustus
2022, terdapat 29 Ibu Hamil di Desa Waiula dengan 14 Bumil mengalami KEK. Bayi
0-23 bulan sebanyak 44 orang dengan 7 bayi mengalami kekurangan/gizi buruk,
dengan rincian 4 orang bayi mengalami resiko stunting, sedangkan 3 terindikasi
stunting, sisanya normal.
Agenda selanjutnya
dilakukan Diskusi Terarah (FGD), terkait dengan rancangan usulan Konvergensi
Stunting Desa yang disusun dari hasil Rumah Desa Sehat (RDS), selanjutnya dilakukan
Penetapan Prioritas Usulan Program/ Kegiatan berdasarkan presentase laporan
hasil Konvergensi pencegahan stunting di desa, yang dipandu oleh Pendamping
Desa. Agenda inti dari kegiatan hari itu ditutup dengan pembacaan dan
penandatanganan berita acara.
Ketua
BPD saat menutup kegiatan tersebut menekankan pentingnya keterlibatan semua
pihak dalam penanganan stunting ini, sebab anak yang tumbuh kemudian mengidap
masalah stunting juga akan mengalami gangguan perkembangan otak. Pengaruhnya
juga akan terlihat pada kemampuan kognitif si kecil, sebab mereka juga
cenderung sulit mengingat, serta menyelesaikan masalah, juga tersendat dalam aktivitas
yang melibatkan kegiatan mental ataupun otak. Pada saat yang sama Tonce Liwu,
demikian biasa disapa menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat
dalam kegiatan ini, terkhusus bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Flores Timur yang
memberikan energi, waktu dan perhatian dengan terlibat langsung dalam kegiatan
ini. Namun di saat bersamaan menyampaikan keprihatinannya mengingat Desa Waiula
menjadi Desa Lokus Stunting berdasarkan hasil analisis Data yang dilakukan oleh
kementrian terkait. Akhirnya komitmen untuk mengatasi hal ini dengan siap
memberikan dukungan lewat kebijakan anggaran di desa pada tahun-tahun mendatang
teristimewa pada tahun anggaran 2023 yang akan datang.
Semoga semua anak Indonesia sehat❤
BalasHapusterima kasih. generasi sehat bangsa kuat
BalasHapus